Minggu, 03 September 2017

Pepayon 1

           Hasil gambar untuk lukisan abstrak manusia ular
Sumber gambar : http://lelang-lukisanmaestro.blogspot.co.id/2016/01/lukisan-abstrak-karya-heno-airlangga.html

          Bagi warga Kali Krasak kisah mengenai legenda siluman ular itu sudah benar adanya. Bahkan legenda tersebut sudah menjadi cerita turun-temurun dari jaman nenek moyang dulu. Menurut cerita jika ada warga yang nekat berladang hingga lepas maghrib, sosok perempuan cantik berbadan setengah ular akan keluar dari dalam sumur tua yang berada di tengah-tengah ladang milik warga. Menurut cerita, mereka yang bertemu dengan sosok siluman ini akan diajak masuk sumur keramat tempat siluman itu tinggal. Jika beruntung mereka yang bisa pulang ke rumah setelah dibawa masuk siluman ini akan linglung seperti orang lupa ingatan. Bahkan ada beberapa warga yang mendadak gila setelah mereka berhasil ditemukan keesokan harinya. Namun tak sedikit warga yang tiba-tiba hilang. Kebanyakan dari mereka terakhir kali pamit pergi berladang hingga keesokan harinya hanya cangkul dan bakul nasi mereka yang berhasil ditemukan. Warga percaya jika mereka yang hilang telah menjadi pepayon siluman ular tersebut.
            Menurut cerita warga asal-muasal siluman ular ini merupakan jelmaan putri Sekar Weling yang cintanya dihianati pangeran Haryo Welang. Rumah tangga yang sudah dikarunia  7 orang anak itu hancur karena pangeran Haryo Welang yang kedapatan bermain api dengan selirnya sendiri. Putri Sekar Weling yang mengetahui akan hal itu akhirnya kalap dan berniat membunuh keduanya, alhasil pertengkaran di dalam rumah tangga pemilik kerajaan itu pun tidak dapat dihindari. Pangeran Haryo Welang yang akhirnya terpancing emosi dengan sengaja membunuh istrinya sendiri Putri Sekar Weling. Agar kejadian itu tidak diketahui seisi kerajaan akhirnya jasad putri Sekar Weling dibuang ke dalam sumur tua di tengah hutan yang sekarang menjadi ladang milik warga tersebut. Sampai sekarang warga pun tidak ada yang berani bekerja di ladang lantaran adanya siluman tersebut. Mbah Wengi merupakan satu-satunya orang yang menjadi asal-muasal cerita itu menyebar ke telinga warga sekampung.
“Ini sudah tidak bisa dibiarkan, banyak warga hilang gara-gara dhemit sumur tua itu mbah, lihat itu si Warni, stres suaminya hilang tak ada kabar sampai sekarang”.
“Jangan gegabah, ini bukan perkara santai yang bisa kalian urus sinambi ngopi di warung Mak Sih, perlu ilmu yang tinggi untuk nggusah siluman itu, kalau tidak kuat kalian bisa ketlingsut juga seperti yang lain”.
“Mau sampai kapan mbah kita harus sabar ? warga banyak yang tak berani ke ladang gara-gara takut digondhol siluman ular itu, akibatnya kita bisa gagal panen tahun ini, anak bojoku ameh dipakani opo ?”
“Tidak usah bingung, sampean-sampean bisa beli bahan pokok ke kampung sebelah, saya dengar hasil panen mereka melimpah tahun ini, bisa untuk mencukupi kebutuhan dua kampung, barangkali mereka mau jual murah untuk tetangga kampung sendiri”.
            Akhirnya karena kondisi tersebut para warga pun mau mengikuti saran mbah Wengi. Keesokan harinya warga kampung Kali Krasak berbondong-bondong ke kampung tetangga untuk membeli hasil panen demi mencukupi kebutuhan keluarga. Warga yang sudah tahu akan kedatangan banyak pembeli akhirnya memberikan harga terbaik yang mereka punya. Tomat, cabai, bawang merah, dan bawang putih mereka naikkan di atas harga pasaran dengan dalih bahwa hasil panen tahun ini anjlok dari tahun-tahun sebelumnya, terpaksa warga Kali Krasak yang membutuhkan kebutuhan pokok dari kampung tetangga harus menerima harga jual yang naik dua kali lipat. Pikir mereka daripada anak istri tidak bisa makan lebih baik rugi sementara waktu dengan harapan akan ada solusi untuk menghentikan teror siluman ular yang menyebabkan kondisi ini terjadi.
(bersambung...)
           

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar