Minggu, 24 September 2017

Pepayon 2

Hasil gambar untuk lukisan abstrak manusia ular

Sumber gambar : http://lelang-lukisanmaestro.blogspot.co.id/2016/01/lukisan-abstrak-karya-heno-airlangga.html

     Akhirnya warga yang tak mempunyai cukup uang untuk membeli kebutuhan pokok selama satu bulan terpaksa harus berhutang pada para penjual dengan konsekuensi penambahan bunga setiap bulannya. Warga Kali Krasak yang sudah tidak adapilihan lain terpaksa mengikuti kondisi yang bagi mereka pun sama sekali tidak nyaman di dalamnya. Beberapa warga akhirnya pulang ke kampung membawa kebutuhan pokok yang masing-masing sudah mereka beli. Bagi mereka yang tak mau terlilit banyak hutang hanya membawa sedikit barang hasil belanja. Namun tak sedikit warga yang membawa banyak hasil panen tersebut sebanding dengan hutang yang sudah siap mereka tanggung selama beberapa bulan ke depan ditambah bunga yang sudah mereka sepakati dengan para penjual.


“Sudah, kalian jangan terlau khawatir dengan kondisi seperti ini. Siluman itu biar aku ang urus, kalian bukan tandingannya.”
     
       Tak banyak yang dapat dilakukan warga selain menyerahkan segala masalah yang diciptakan siluman itu kepada Mbah Wengi. Hanya dia yang katanya dapat mengusir siluman ular yang memang sudah lama membuat warga tak dapat menikmati kehidupan layaknya petani yang lain. Kalau Mbah Wengi sudah bilang begitu mereka manut, daripada harus berurusan langsung dengan siluman yang katanya cantik itu. Mungkin jika siluman itu memiliki wajah yang seram, bisa saja mereka lansung lari ketika bertemu dengannya. Nah, yang ini silumannya punya paras bak bidadari. Katanya putih bersih seperti nasi warteg Mak Sih yang memang dari dulu menjadi langganan para petani selepas dari sawah. Bisa saja mereka malah kepincut dan tahu-tahu sudah berada di tempat lain. Mungkin karena Mbah Wengi punya tampang yang kurang sedap dilihat jadi siluman itu pun tak tertarik mengambil Mbah Wengi sebagai pepayon. Pernah ketika cucu pertamanya lahir, anaknya tidak mengijinkan untuk menggedong bayinya itu. Karena dulu katanya bayi tetangga tiba-tiba saja demam tinggi sehari setelah dimomong Mbah Wengi, entah apa penyebabnya.
           

       Setidaknya saat ini warga kampung sangat beruntung dengan adanya Mbah Wengi di tengah-tengah mereka. Ia terkadang memberikan banyak nasehat yang jika ada orang yang mendengarnya langsung manggut-manggut pertanda iya, ikut dan nurut apa kata simbah. Maka dari itu di kampung itu ia menjadi penasehat spiritual. Tak hanya warga kampung Kali Krasak saja yang rajin meminta nasehat darinya. Bahkan ada beberapa pejabat dan artis dari Jakarta yang sengaja jauh-jauh ke kampung yang bisa dibilang jauh dari peradaban itu hanya untuk meminta nasehat-nasehat dari simbah. Entah itu tentang bisnis, jodoh, maupun peruntungan lainnya. Untuk warga Kali Krasak yang menyempatkan diri sowan ke tempat Mbah Wengi bisa ditebak apa yang mereka minta, kalau bukan jodoh ya minta diramalkan nomor togel mengingat kondisi ekonomi warga sendiri dari kalangan ekonomi menengah sampai kepada kalangan ekonomi melarat. Jadi tak heran jika banyak warga yang berbondong-bondong minta diramalkan nomor togel karena sudah jengah hidup miskin tujuh turunan, bahkan lebih.


            Hari demi hari warga masih belum mendapati adanya perubahan selain utang mereka yang kali ini ditambah denda karena sudah melebihi waktu pelunasan yang dijanjikan. Terpaksa beberapa warga harus menjual barang-barang berharga milik mereka seperti palu, cangkul, linggis dan semacamnya. Bagi warga Kali Krasak, peralatan semacam itu sangat bernilai besar karena memang tak ada lagi barang yang lebih mahal selain ketiga jenis barang tadi. Namun untuk menutupi hutang-hutang yang sudah terlanjur mereka ambil dari warga kampung tetangga, jelas sangat tidak cukup untuk melunasi hutang yang tersisa. Separuhnya pun tak sampai. Warga tak lagi punya pemasukan selain dari bertani di sawah yang ditengah-tengahnya terdapat sumur keramat yang dihuni siluman pemiskin umat sebut mereka.

(bersambung...)

Minggu, 03 September 2017

Pepayon 1

           Hasil gambar untuk lukisan abstrak manusia ular
Sumber gambar : http://lelang-lukisanmaestro.blogspot.co.id/2016/01/lukisan-abstrak-karya-heno-airlangga.html

          Bagi warga Kali Krasak kisah mengenai legenda siluman ular itu sudah benar adanya. Bahkan legenda tersebut sudah menjadi cerita turun-temurun dari jaman nenek moyang dulu. Menurut cerita jika ada warga yang nekat berladang hingga lepas maghrib, sosok perempuan cantik berbadan setengah ular akan keluar dari dalam sumur tua yang berada di tengah-tengah ladang milik warga. Menurut cerita, mereka yang bertemu dengan sosok siluman ini akan diajak masuk sumur keramat tempat siluman itu tinggal. Jika beruntung mereka yang bisa pulang ke rumah setelah dibawa masuk siluman ini akan linglung seperti orang lupa ingatan. Bahkan ada beberapa warga yang mendadak gila setelah mereka berhasil ditemukan keesokan harinya. Namun tak sedikit warga yang tiba-tiba hilang. Kebanyakan dari mereka terakhir kali pamit pergi berladang hingga keesokan harinya hanya cangkul dan bakul nasi mereka yang berhasil ditemukan. Warga percaya jika mereka yang hilang telah menjadi pepayon siluman ular tersebut.
            Menurut cerita warga asal-muasal siluman ular ini merupakan jelmaan putri Sekar Weling yang cintanya dihianati pangeran Haryo Welang. Rumah tangga yang sudah dikarunia  7 orang anak itu hancur karena pangeran Haryo Welang yang kedapatan bermain api dengan selirnya sendiri. Putri Sekar Weling yang mengetahui akan hal itu akhirnya kalap dan berniat membunuh keduanya, alhasil pertengkaran di dalam rumah tangga pemilik kerajaan itu pun tidak dapat dihindari. Pangeran Haryo Welang yang akhirnya terpancing emosi dengan sengaja membunuh istrinya sendiri Putri Sekar Weling. Agar kejadian itu tidak diketahui seisi kerajaan akhirnya jasad putri Sekar Weling dibuang ke dalam sumur tua di tengah hutan yang sekarang menjadi ladang milik warga tersebut. Sampai sekarang warga pun tidak ada yang berani bekerja di ladang lantaran adanya siluman tersebut. Mbah Wengi merupakan satu-satunya orang yang menjadi asal-muasal cerita itu menyebar ke telinga warga sekampung.
“Ini sudah tidak bisa dibiarkan, banyak warga hilang gara-gara dhemit sumur tua itu mbah, lihat itu si Warni, stres suaminya hilang tak ada kabar sampai sekarang”.
“Jangan gegabah, ini bukan perkara santai yang bisa kalian urus sinambi ngopi di warung Mak Sih, perlu ilmu yang tinggi untuk nggusah siluman itu, kalau tidak kuat kalian bisa ketlingsut juga seperti yang lain”.
“Mau sampai kapan mbah kita harus sabar ? warga banyak yang tak berani ke ladang gara-gara takut digondhol siluman ular itu, akibatnya kita bisa gagal panen tahun ini, anak bojoku ameh dipakani opo ?”
“Tidak usah bingung, sampean-sampean bisa beli bahan pokok ke kampung sebelah, saya dengar hasil panen mereka melimpah tahun ini, bisa untuk mencukupi kebutuhan dua kampung, barangkali mereka mau jual murah untuk tetangga kampung sendiri”.
            Akhirnya karena kondisi tersebut para warga pun mau mengikuti saran mbah Wengi. Keesokan harinya warga kampung Kali Krasak berbondong-bondong ke kampung tetangga untuk membeli hasil panen demi mencukupi kebutuhan keluarga. Warga yang sudah tahu akan kedatangan banyak pembeli akhirnya memberikan harga terbaik yang mereka punya. Tomat, cabai, bawang merah, dan bawang putih mereka naikkan di atas harga pasaran dengan dalih bahwa hasil panen tahun ini anjlok dari tahun-tahun sebelumnya, terpaksa warga Kali Krasak yang membutuhkan kebutuhan pokok dari kampung tetangga harus menerima harga jual yang naik dua kali lipat. Pikir mereka daripada anak istri tidak bisa makan lebih baik rugi sementara waktu dengan harapan akan ada solusi untuk menghentikan teror siluman ular yang menyebabkan kondisi ini terjadi.
(bersambung...)