Minggu, 24 September 2017

Pepayon 2

Hasil gambar untuk lukisan abstrak manusia ular

Sumber gambar : http://lelang-lukisanmaestro.blogspot.co.id/2016/01/lukisan-abstrak-karya-heno-airlangga.html

     Akhirnya warga yang tak mempunyai cukup uang untuk membeli kebutuhan pokok selama satu bulan terpaksa harus berhutang pada para penjual dengan konsekuensi penambahan bunga setiap bulannya. Warga Kali Krasak yang sudah tidak adapilihan lain terpaksa mengikuti kondisi yang bagi mereka pun sama sekali tidak nyaman di dalamnya. Beberapa warga akhirnya pulang ke kampung membawa kebutuhan pokok yang masing-masing sudah mereka beli. Bagi mereka yang tak mau terlilit banyak hutang hanya membawa sedikit barang hasil belanja. Namun tak sedikit warga yang membawa banyak hasil panen tersebut sebanding dengan hutang yang sudah siap mereka tanggung selama beberapa bulan ke depan ditambah bunga yang sudah mereka sepakati dengan para penjual.


“Sudah, kalian jangan terlau khawatir dengan kondisi seperti ini. Siluman itu biar aku ang urus, kalian bukan tandingannya.”
     
       Tak banyak yang dapat dilakukan warga selain menyerahkan segala masalah yang diciptakan siluman itu kepada Mbah Wengi. Hanya dia yang katanya dapat mengusir siluman ular yang memang sudah lama membuat warga tak dapat menikmati kehidupan layaknya petani yang lain. Kalau Mbah Wengi sudah bilang begitu mereka manut, daripada harus berurusan langsung dengan siluman yang katanya cantik itu. Mungkin jika siluman itu memiliki wajah yang seram, bisa saja mereka lansung lari ketika bertemu dengannya. Nah, yang ini silumannya punya paras bak bidadari. Katanya putih bersih seperti nasi warteg Mak Sih yang memang dari dulu menjadi langganan para petani selepas dari sawah. Bisa saja mereka malah kepincut dan tahu-tahu sudah berada di tempat lain. Mungkin karena Mbah Wengi punya tampang yang kurang sedap dilihat jadi siluman itu pun tak tertarik mengambil Mbah Wengi sebagai pepayon. Pernah ketika cucu pertamanya lahir, anaknya tidak mengijinkan untuk menggedong bayinya itu. Karena dulu katanya bayi tetangga tiba-tiba saja demam tinggi sehari setelah dimomong Mbah Wengi, entah apa penyebabnya.
           

       Setidaknya saat ini warga kampung sangat beruntung dengan adanya Mbah Wengi di tengah-tengah mereka. Ia terkadang memberikan banyak nasehat yang jika ada orang yang mendengarnya langsung manggut-manggut pertanda iya, ikut dan nurut apa kata simbah. Maka dari itu di kampung itu ia menjadi penasehat spiritual. Tak hanya warga kampung Kali Krasak saja yang rajin meminta nasehat darinya. Bahkan ada beberapa pejabat dan artis dari Jakarta yang sengaja jauh-jauh ke kampung yang bisa dibilang jauh dari peradaban itu hanya untuk meminta nasehat-nasehat dari simbah. Entah itu tentang bisnis, jodoh, maupun peruntungan lainnya. Untuk warga Kali Krasak yang menyempatkan diri sowan ke tempat Mbah Wengi bisa ditebak apa yang mereka minta, kalau bukan jodoh ya minta diramalkan nomor togel mengingat kondisi ekonomi warga sendiri dari kalangan ekonomi menengah sampai kepada kalangan ekonomi melarat. Jadi tak heran jika banyak warga yang berbondong-bondong minta diramalkan nomor togel karena sudah jengah hidup miskin tujuh turunan, bahkan lebih.


            Hari demi hari warga masih belum mendapati adanya perubahan selain utang mereka yang kali ini ditambah denda karena sudah melebihi waktu pelunasan yang dijanjikan. Terpaksa beberapa warga harus menjual barang-barang berharga milik mereka seperti palu, cangkul, linggis dan semacamnya. Bagi warga Kali Krasak, peralatan semacam itu sangat bernilai besar karena memang tak ada lagi barang yang lebih mahal selain ketiga jenis barang tadi. Namun untuk menutupi hutang-hutang yang sudah terlanjur mereka ambil dari warga kampung tetangga, jelas sangat tidak cukup untuk melunasi hutang yang tersisa. Separuhnya pun tak sampai. Warga tak lagi punya pemasukan selain dari bertani di sawah yang ditengah-tengahnya terdapat sumur keramat yang dihuni siluman pemiskin umat sebut mereka.

(bersambung...)

Minggu, 03 September 2017

Pepayon 1

           Hasil gambar untuk lukisan abstrak manusia ular
Sumber gambar : http://lelang-lukisanmaestro.blogspot.co.id/2016/01/lukisan-abstrak-karya-heno-airlangga.html

          Bagi warga Kali Krasak kisah mengenai legenda siluman ular itu sudah benar adanya. Bahkan legenda tersebut sudah menjadi cerita turun-temurun dari jaman nenek moyang dulu. Menurut cerita jika ada warga yang nekat berladang hingga lepas maghrib, sosok perempuan cantik berbadan setengah ular akan keluar dari dalam sumur tua yang berada di tengah-tengah ladang milik warga. Menurut cerita, mereka yang bertemu dengan sosok siluman ini akan diajak masuk sumur keramat tempat siluman itu tinggal. Jika beruntung mereka yang bisa pulang ke rumah setelah dibawa masuk siluman ini akan linglung seperti orang lupa ingatan. Bahkan ada beberapa warga yang mendadak gila setelah mereka berhasil ditemukan keesokan harinya. Namun tak sedikit warga yang tiba-tiba hilang. Kebanyakan dari mereka terakhir kali pamit pergi berladang hingga keesokan harinya hanya cangkul dan bakul nasi mereka yang berhasil ditemukan. Warga percaya jika mereka yang hilang telah menjadi pepayon siluman ular tersebut.
            Menurut cerita warga asal-muasal siluman ular ini merupakan jelmaan putri Sekar Weling yang cintanya dihianati pangeran Haryo Welang. Rumah tangga yang sudah dikarunia  7 orang anak itu hancur karena pangeran Haryo Welang yang kedapatan bermain api dengan selirnya sendiri. Putri Sekar Weling yang mengetahui akan hal itu akhirnya kalap dan berniat membunuh keduanya, alhasil pertengkaran di dalam rumah tangga pemilik kerajaan itu pun tidak dapat dihindari. Pangeran Haryo Welang yang akhirnya terpancing emosi dengan sengaja membunuh istrinya sendiri Putri Sekar Weling. Agar kejadian itu tidak diketahui seisi kerajaan akhirnya jasad putri Sekar Weling dibuang ke dalam sumur tua di tengah hutan yang sekarang menjadi ladang milik warga tersebut. Sampai sekarang warga pun tidak ada yang berani bekerja di ladang lantaran adanya siluman tersebut. Mbah Wengi merupakan satu-satunya orang yang menjadi asal-muasal cerita itu menyebar ke telinga warga sekampung.
“Ini sudah tidak bisa dibiarkan, banyak warga hilang gara-gara dhemit sumur tua itu mbah, lihat itu si Warni, stres suaminya hilang tak ada kabar sampai sekarang”.
“Jangan gegabah, ini bukan perkara santai yang bisa kalian urus sinambi ngopi di warung Mak Sih, perlu ilmu yang tinggi untuk nggusah siluman itu, kalau tidak kuat kalian bisa ketlingsut juga seperti yang lain”.
“Mau sampai kapan mbah kita harus sabar ? warga banyak yang tak berani ke ladang gara-gara takut digondhol siluman ular itu, akibatnya kita bisa gagal panen tahun ini, anak bojoku ameh dipakani opo ?”
“Tidak usah bingung, sampean-sampean bisa beli bahan pokok ke kampung sebelah, saya dengar hasil panen mereka melimpah tahun ini, bisa untuk mencukupi kebutuhan dua kampung, barangkali mereka mau jual murah untuk tetangga kampung sendiri”.
            Akhirnya karena kondisi tersebut para warga pun mau mengikuti saran mbah Wengi. Keesokan harinya warga kampung Kali Krasak berbondong-bondong ke kampung tetangga untuk membeli hasil panen demi mencukupi kebutuhan keluarga. Warga yang sudah tahu akan kedatangan banyak pembeli akhirnya memberikan harga terbaik yang mereka punya. Tomat, cabai, bawang merah, dan bawang putih mereka naikkan di atas harga pasaran dengan dalih bahwa hasil panen tahun ini anjlok dari tahun-tahun sebelumnya, terpaksa warga Kali Krasak yang membutuhkan kebutuhan pokok dari kampung tetangga harus menerima harga jual yang naik dua kali lipat. Pikir mereka daripada anak istri tidak bisa makan lebih baik rugi sementara waktu dengan harapan akan ada solusi untuk menghentikan teror siluman ular yang menyebabkan kondisi ini terjadi.
(bersambung...)
           

            

Sabtu, 17 Juni 2017

INFO PENDAKIAN TERBARU GUNUNG RINJANI




10 Mei 2017
Kami memulai perjalanan dari bandara Soekarno-Hatta pukul 05.00 WIB. Dengan menempuh waktu perjalanan sekitar 2 jam, kami tiba di Bandara International Lombok pukul 08.00 WITA. Setibanya di bandara kami lalu melanjutkan perjalanan ke basecamp Sembalun. Sayangnya untuk menempuh perjalanan dari bandara ke basecamp hanya tersedia mobil pribadi/travel dengan harga berkisar antara 600-800rb/mobil. Harga tersebut merupakan tarif standar untuk transportasi dari bandara ke Sembalun. Namun tidak menutup kemungkinan kita memperoleh harga yang lebih terjangkau tergantung seberapa pintar kita tawar-menawar dengan pemilik kendaraan. Perjalanan dari bandara ke basecamp Sembalun membutuhkan waktu sekitar 5 jam perjalanan. Pemandangan kota Lombok tak jauh beda dengan kota-kota pada umumnya. Hanya saja ada yang membedakan Lombok dengan kota-kota yang lain. Di sepanjang jalan kalian akan banyak menemukan bangunan masjid baik itu di tepi jalan utama atau sedikit ke dalam dari tepi jalan. Kenapa ? Karena Lombok sendiri dijuluki kota seribu masjid jadi tak heran jika banyak bangunan masjid yang didirikan di kota ini.
O iya ada beberapa tips untuk kalian yang ingin membeli perbekalan pendakian atau logistik. Kami sarankan untuk membeli perbekalan atau logistik ketika masih di dalam kota Lombok. Beli lah perbekalan atau logistik pendakian di Indomart atau Alfamart yang kalian temui selama perjalanan. Disamping lebih lengkap dari segi harga juga bisa kita prediksi karena harga barang-barang di Indomart atau Alfamart di Lombok tak jauh beda di kota-kota lain. Untuk kalian yang mau membeli perbekalan atau logistik pendakian di dekat lokasi basecamp juga tidak masalah. Karena banyak sekali warung-warung yang menyediakan logistik untuk pendakian, tapi jangan kaget jika mereka mematok harga 2 kali lipat dari harga pasaran, mengingat jarak dari kota ke basecamp juga sangat jauh untuk membeli barang dagangan. Untuk biaya simaksi di gunung Rinjani sesuai pengalaman kami sebesar Rp 35.000/orang untuk 4 hari pendakian di akhir pekan. Menurut pengalaman terakhir kami tidak perlu membawa fotocopy kartu identitas sebagai syarat pendaftaran. Tetapi alangkah baiknya kita juga menyediakan sebelumnya jika sewaktu-waktu ada perubahan peraturan yang diberlakukan di gunung Rinjani. Kalian juga akan dibekali kantong sampah oleh petugas basecamp sebagai tempat mengumpulkan sisa sampah makanan perbekalan kalian. Nantinya kantong tersebut harus dibawa turun ke basecamp tempat kalian mengakhiri pendakian sebagai syarat tambahan untuk lapor ke petugas basecamp.
Perjalanan dari basecamp Sembalun ke pos 1 membutuhkan waktu kira-kira 4 jam perjalanan dengan kecepatan santai, bagi kalian yang mempunyai fisik baik waktu tempuh kemungkinan bisa lebih cepat, karena kami sempat juga bertemu dengan pendaki asli Mataram, mereka hanya membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam perjalanan dari Sembalun ke pos 1. Atau bagi kalian yang membawa perbekalan banyak tapi tidak ingin membawanya sendiri, di basecamp Sembalun juga tersedia jasa porter dan tour guide dengan tarif 200.000/hari. Atau kalian yang mau sampai ke pos 1 lebih cepat, dari basecamp ini tersedia porter dengan sepeda motor. Banyak opsi yang bisa kalian pilih untuk melakukan pendakian di Rinjani, karena gunung Rinjani sudah menjadi destinasi wisata yang banyak didatangi turis mancanegara. Tidak salah jika fasilitas yang disediakan untuk para wisatawan juga lebih lengkap untuk memberikan kenyamanan bagi wisatawan yang berkunjung.
Di jalur ini kalian akan disuguhi dengan pemandangan yang indah berupa padang savana yang sangat luas dengan jalur yang masih landai. Bagi kalian yang melakukan perjalanan siang hari dari basecamp, keuntungannya kalian dapat melihat pemandangan indah ini dengan sangat jelas tapi dengan resiko akan cepat haus karena cuaca yang panas dan sedikit sulit menemukan pohon tinggi sebagai tempat istirahat dan berteduh. Di pos ini terdapat shelter yang dapat kalian gunakan untuk berteduh. Ada juga warga sekitar yang menjual jajanan di pos ini.
Pemandangan jalur pos 1-2

Pemandangan padang savana di sepanjang jalur

Selanjutnya perjalanan dari pos 1 ke pos 2 membutuhkan waktu kira-kira 2 jam perjalanan dengan kecepatan santai. Jalur dari pos 1 ke pos 2 masih tergolong ringan karena masih banyak jalur landai yang bisa kita lewati. Di pos 2 kalian dapat menemukan warung kecil yang menjual beberapa minuman yang dapat kalian beli untuk menambah perbekalan. Tapi jangan kaget dengan harga yang ditawarkan. Bisa 2-4 kali lipat harga normal dikarenakan perjalanan mereka untuk membawa minuman ke pos 2 menempuh jarak yang lumayan jauh. Karena pos ini mempunyai area datar yang cukup luas, kalian dapat mendirikan tenda di sini sebelum melanjutkan perjalanan berikutnya. Di sini juga terdapat sumber air untuk keperluan memasak atau untuk isi ulang bekal air kalian sebelum melanjutkan perjalanan kembali.
Papan di pos 2 jalur Sembalun

Selanjutnya jalur dari pos 2 ke pos 3 didominasi jalan terjal yang banyak menguras fisik dan mental. Namun banyak pohon-pohon tinggi yang dapat kalian gunakan untuk berteduh dari teriknya matahari atau hanya untuk sekedar melepas lelah karena beratnya jalur yang dilalui. Kalian akan menemukan beberapa pos extra dengan bangunan shelter yang dapat kalian gunakan utuk berteduh.
Papan pos 3 jalur Sembalun

Shelter di pos 3

Dari pos 3 menuju pos Plawangan-Sembalun masih berupa jalur-jalur curam dengan beberapa bukit yang harus kalian lewati sebelum mencapai Plawangan-Sembalun. Ada satu bukit yang oleh warga sekitar diberi nama bukit penyesalan. Bukit ini memang  paling curam dan paling panjang dari bukit-bukit lain yang kita lewati sebelumnya. Setelah melewati bukit ini kalian akan sampai di pos Plawangan sembalun. 
Jalur terjal antara pos 3- Plawangan-Sembalun

Bukit Penyesalan


Di pos ini biasanya para pendaki mendirikan tenda sebelum summit ke puncak. Di pos ini juga terdapat sumber air. Namun untuk mencapai sumber air kalian harus menempuh jalur menurun yang kira-kira membutuhkan waktu ±15 menit. Saran kami buatlah tenda di tempat yang paling dekat dengan sumber air yaitu di sekitar shelter yang terdapat di pos ini. Tetapi kalian perlu berhati-hati dengan beberapa monyet yang sewaktu-waktu dapat menyerang tenda kalian. Menurut pengalaman kami monyet akan naik ke pos ini sekitar pukul 10-12 siang. Usahakan pada jam ini ada salah satu anggota regu yang berjaga di tenda. Atau kalian dapat meminta pertolongan para porter yang tidak ikut summit untuk menjaga tenda kalian.
Pos Plawangan-Sembalun


Beberapa pendaki mendirikan tenda di pos ini

         Demi mendapatkan waktu sunrise yang tepat kalian harus memperhitungkan waktu keberangkatan. Untuk para porter biasanya mereka berangkat pukul 02.00 dini hari dengan kecepatan normal dan konstan. Namun bagi kalian yang fisiknya tidak terlalu kuat, saran kami untuk memulai keberangkatan lebih awal karena jalur summit didominasi oleh jalur berat berpasir dengan kemiringan ±45 derajat. Bawa perbekalan secukupnya sebelum kalian berangkat. Jangan juga membawa logistik terlalu banyak karena dapat memperlambat kecepatan kalian diakibatkan oleh beban yang berlebih. Tapi jangan juga terlalu sedikit karena jalur menuju puncak sangat menguras fisik dan mental kalian. Sesuai pengalaman kami untuk perbekalan air 1 orang cukup membawa 1,5 liter air ditambah logistik secukupnya. Bawalah jenis makanan yang siap makan jangan bawa makanan yang harus dimasak dulu sebelum dikonsumsi. Bawalah peralatan yang kalian perlukan untuk melewati jalur berpasir seperti masker, kacamata, gaiter, trekking pole, dll.

Jalur panjang berpasir selama proses summit


Berikut beberapa gambar puncak Rinjani yang berhasil kami abadikan.






Selanjutnya untuk perjalanan ke danau Segara Anakan membutuhkan waktu ±2 jam perjalanan dengan jalur bebatuan dan tebing curam. Kalian juga akan melewati perkebunan dan sungai mati untuk menuju danau tersebut. Perhatikan tanda yang terdapat di sepanjang jalur agar kalian tidak tersesat. Saran kami mulailah perjalanan ke danau ketika hari masih siang, karena akan lebih sulit melewati jalur ini ketika hari mulai gelap.
Ketika kalian sudah tiba di danau Segara Anakan, mata kalian akan dimanjakan dengan pemandangan yang luar biasa indah. Pemandangan danau dengan air yang tenang dan bersih, ditambah anak gunung Rinjani yang tepat berada di tengah danau menambah keindahan lokasi ini. Di danau ini kalian juga dapat memancing ikan ataupun berenang. Air yang segar di danau ini akan menghilangkan rasa lelah kalian setelah menempuh perjalanan panjang sebelumnya. Di sini kalian dapat mendirikan tenda karena selain terdapat sumber mata air di sini juga terdapat pemandangan indah lainnya berupa air terjun dan sumber air panas dengan tingkat kepanasan yang berbeda-beda. Namun kalian perlu berhati-hati jika ingin berendam di air panas ini karena di lokasi ini sering terjadi kecelakaan yang dialami para pendaki. Info kecelakaan terakhir yang kami dapat dari warga sekitar adalah tewasnya pendaki yang tenggelam di sumber air panas ini. Kejadian ini terjadi sekitar bulan Maret 2017. Alangkah baiknya untuk kalian yang mendaki di gunung Rinjani taati tata tertib dan peraturan yang tertulis maupun yang tidak tertulis di setiap lokasi yang kalian kunjungi supaya resiko kecelakaan dapat kalian minimalisir.

Beberapa pendaki sedang sibuk memancing dan berenang


Panorama danau Segara anakan

Selanjutnya jika kalian akan turun ke basecamp Senaru, alangkah baiknya penuhi perbekalan kalian terutama air, karena untuk menuju ke basecamp Senaru kalian harus naik dulu dari danau menuju pos Plawangan-Senaru dan di jalur ini kalian tidak akan menemukan sumber mata air kecuali di danau. Menurut pengalaman kami ada juga sumber mata air yang terdapat di pos 5 ketika kalian turun dari pos Plawangan-Senaru menuju basecamp. Namun untuk mencapai sumber mata air tersebut kalian harus menempuh jarak yang cukup jauh dari pos.
Jalur yang kalian lewati dari danau menuju Plawangan-Senaru berupa bebatuan terjal yang dikelilingi hutan. Di jalur ini fisik dan mental kalian akan kembali terkuras dikarenakan jalurnya yang terus naik dengan waktu tempuh antara danau ke Plawangan-Senaru membutuhkan waktu ±4 jam perjalanan dengan kecepatan sedang. Saran kami untuk memulai perjalanan pagi hari dari danau sekitar pukul 7-8 pagi supaya ketika kalian sampai di pos Plawangan-Senaru antara pukul 12-13 siang. Jika pada jam tersebut kalian bisa sampai di pos Plawangan-Senaru maka untuk mencapai basecamp Senaru kalian membutuhkan waktu ±9-10 jam perjalanan tergantung kecepatan tempuh kalian masing-masing. Itu artinya jika kalian memulai perjalanan dari pos Plawangan-Senaru pukul 12-13 siang, kalian akan sampai di basecamp Senaru pukul 9-10 malam. Tak heran kenapa waktu tempuh yang kalian butuhkan begitu lama karena jalur dari Senaru sangatlah panjang meskipun banyak bonus jalur landai yang akan kalian peroleh. Pada jalur ini didominasi oleh hutan lebat dan tanah berpasir. Ada juga beberapa pos dengan shelter yang dapat kalian gunakan untuk beristirahat dan mendirikan tenda.
Sesampainya di basecamp Senaru kalian diwajibkan lapor ke petugas dengan melakukan pencatatan di buku laporan daftar pendaki, disertai dengan mengumpulkan kantong sampah yang kalian bawa sebelumnya. Di basecamp ini tersedia MCK yang bisa kalian gunakan untuk mandi maupun membersihkan peralatan yang kalian bawa. Di sini juga tersedia warung yang menyediakan minuman dan makanan untuk mengisi tenaga kalian kembali setelah menempuh perjalanan panjang dari Puncak ke basecamp. Untuk mencapai tempat parkir kendaraan roda empat kalian harus berjalan turun lagi ±1 km menuju lokasi penjemputan terdekat. Tersedia juga ojek motor dari basecamp ke lokasi penjemputan dengan tarif 50.000/orang.
Nah, itulah pengalaman kami selama mendaki ke gunung Rinjani, semoga informasi di atas bermanfaat untuk kalian semua yang akan melakukan pendakian ke gunung Rinjani. Alangkah baiknya kalian juga harus melihat sumber referensi yang lain demi mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan akurat.

Terimakasih.

Minggu, 01 Januari 2017

Akhir Pekan Pak Tom


sumber gambar : wisnujadmika.files.wordpress.com


Aku selalu menunggu masa-masa tertawa bersama pak Tom, terkadang kami berdua sampai terbatuk-batuk tak kuasa menahan kebahagiaan yang meledak-ledak di dalam dada kami. pak Tom memang pintar sekali membawa kebahagiaan di keluarga kami. Pernah suatu ketika aku tak sengaja mematahkan cerutu kesayangan beliau ketika aku membawa anak-anak seusiaku bermain di rumah. Beliau tak lantas marah dan mengusir kami berlima. Beliau hanya menasehati kami untuk tidak bermain perang-perangan di dalam rumah, meski dengan raut wajah yang berusaha menahan amarah yang memang seharusnya pantas keluar, mengingat cerutu itu hadiah dari kawannya dulu semasa masih bekerja sebagai buruh pabrik di Jepang. Akibat peristiwa itu aku mulai menyukai pak Tom untuk menjadi bagian dari lingkungan keluarga kami. Beliau seperti tak pernah kehabisan cara untuk membuat kami sekeluarga terbatuk-batuk menahan tawa karena cerita maupun ulah lucu beliau ketika sedang mengunjungi keluarga kami di akhir pekan. Ia sama sekali tak keberatan jika harus bolak-balik Jogja-Semarang hanya untuk berbagi cerita semasa ia muda dulu.
Kami seperti keluarga baru baginya. Mungkin karena dulu pertemuannya dengan almarhum bapak di Semarang. Waktu itu setelah pak Tom berhenti bekerja di Jepang, ia lalu pulang ke Indonesia dengan tujuan untuk melamar seorang gadis yang sudah lama dikenalnya semasa sekolah. Sebelum beliau berangkat ke Jepang gadis itu sudah ia janjikan untuk dinikahi setelah dirasa punya dana cukup untuk menikahinya juga untuk membangun kios buah yang nantinya akan mereka kelola sendiri setelah menikah. Setibanya di Indonesia pak Tom akhirnya menunaikan janjinya untuk menikahi gadis itu. Setelah menikah pun ia mulai membangun janjinya yang lain yaitu untuk membangun sebuah kios buah di pusat kota Semarang tak jauh dari rumah tempat mereka tinggal. Namun musibah menimpa pak Tom. Beliau harus rela kehilangan kaki kirinya ketika dalam perjalanannya ke pusat kota Semarang untuk melihat-lihat lokasi yang akan ia jadikan kios, pak Tom menjadi korban tabrak lari sopir angkot yang melaju kencang karena dikejar polantas akibat menerobos lampu lalu lintas yang menyala merah. Akhirnya uang yang ia kumpulkan untuk kios tersebut ia gunakan untuk biaya operasi. Akibat peristiwa itu rencana pak Tom gagal, ia kehabisan uang. Istri yang begitu dicintainya tak memiliki perasaan yang sama. Ia lelah setelah setahun merawat lelaki pincang yang ia anggap ingkar dengan janji indah mereka untuk punya kios bersama. Akhirnya dalam keadaan kehilangan bagian tubuhnya, pak Tom juga harus kehilangan separuh hatinya setelah diceraikan sang istri. Bapak yang mengetahui kondisi pak Tom akhirnya membawanya ke rumah untuk dirawat sewaktu bapak masih tinggal di Semarang.
Akhirnya pak Tom memiliki semangat baru untuk melanjutkan janjinya. Kali ini bukan untuk istrinya, melainkan janji untuk dirinya sendiri. Berbekal keterampilannya memperbaiki radio, ia lalu membuka kios kecil dengan modal dari bapak. Kios pak Tom ramai dikunjungi banyak pelanggan yang ingin diperbaiki radionya. Pak Tom memang pandai dalam menjalin hubungan dengan setiap orang yang baru saja ia kenal. Karena itu kiosnya terhitung cepat berkembang, dalam setahun akhirnya pak Tom punya cukup uang untuk mengembalikan modal yang dipinjamnya dari bapak.
Hubungan keluarga kami dengan pak Tom memang sangat dekat. Beliau terkadang membantu bersih-bersih di rumah kami tanpa harus disuruh. Beliau merasa berhutang budi dengan bapak. Beliau terkadang ke rumah kami untuk memperbaiki radio yang tak lagi berfungsi dengan baik, ia tak pernah mau dibayar untuk itu. Baginya membantu keluarga kami adalah sebuah kewajiban yang tak akan ia tinggalkan. Meskipun setelah kami sekeluarga pindah ke Jogja, selama akhir pekan beliau selalu mengunjungi rumah kami. Terkadang beliau membawa beberapa oleh-oleh khas Semarang untuk kami. Terkadang tak membawa apa-apa jika kiosnya sepi. Bagiku tak penting pak Tom membawa oleh-oleh atau tidak. Aku hanya menunggu saat-saat ketika beliau bercerita banyak hal. Kadang ia selipkan bahasa Jepang yang sampai saat ini pun belum aku mengerti maksudnya. Aku selalu melihat sosok pak Tom sebagai orang yang pandai karena bahasa Jepangnya yang aduhai lancarnya. Aku seperti sedang menonton serial kesatria baja hitam ketika mendengar pak Tom sedang bercerita dengan bahasa Jepang.
Terkadang kawan-kawanku aku ajak ke rumah untuk mendengar cerita pak Tom. Mereka mengaku senang dengan pribadi pak Tom yang memang sejak dari dulu suka dengan anak-anak. Meskipun untuk mengatur kami butuh kesabaran yang luar biasa, tapi bagi pak Tom tidak demikian, karena cerita pak Tom bagaikan mesin yang secara otomatis menghentikan kegaduhan kami ketika di rumah. Kami semua memang suka dengan cerita pak Tom. Kami takzim memperhatikan pak Tom bercerita pengalaman waktu ia kesulitan membeli sabun mandi di Jepang karena baru beberapa hari pindah ke sana. Atau ketika ia bingung menunjukkan stadion International Yokohama kepada turis asing karena ia juga belum lancar berbahasa Inggris. Ah, bahagia nian akhir pekan kami jika pak Tom datang ke rumah. Ia seperti guru les kami di hari libur. Dari beliau kami banyak belajar bahwa dalam kondisi apapun kita harus terus berjuang. “Tuhan pasti punya alasan kenapa kita harus melewati sebuah kesulitan dulu untuk memperoleh kamudahan setelahnya”. Kalimat itu yang membuat kami yakin akan pertolongan Tuhan, seyakin lelaki tua berkaki satu yang ada di depan kami. Pelajaran yang banyak kami ambil dari pak Tom bahwa sempurna itu tak harus mempunyai anggota tubuh yang lengkap, tak harus mempunyai harta yang selalu tersedia kapanpun kita mau. Pak Tom adalah sosok sempurna di mata kami. Lelaki yang hidup dengan satu kaki, lelaki yang dipenggal separuh hatinya karena dilanda kemiskinan, lelaki yang dengan terpincang-pincang membangun kehidupannya sendiri di pusat kota Semarang. Lelaki yang membuat kami berfikir, tanpanya akhir pekan kami tak sehangat biasanya.
...
Namaku Liliana, usiaku kini 24 tahun. Kawanku Ayu, Retna, Rudi dan Wahyu. Kami berlima kini sudah sibuk dengan kegiatan kami masing-masing. Seperti Ayu yang kini sibuk mengurus butiknya di Pekalongan dan Rudi yang beberapa tahun yang lalu karena sebuah proyek perusahaan membuatnya harus dikirim ke Jakarta. Sedangkan aku kini tercatat sebagai salah satu mahasiswa semester akhir di salah satu perguruan negeri ternama di Yogyakarta. Kami tak punya banyak waktu luang untuk berkumpul seperti ketika usia kami masih anak-anak. Dulu sepulang sekolah kami selalu berkumpul dan menghabiskan waktu di rumahku. Baik untuk mengerjakan tugas dari sekolah atau hanya untuk bermain perang-perangan untuk menghilangkan penat karena aktivitas di sekolah. Ah, bukankah terdengar berat bagi anak-anak seusia kami sudah merasakan penat disebabkan banyaknya aktivitas. Bukankah usia seperti itu harusnya kami habiskan untuk bermain dan bermain tanpa harus memikirkan bagaimana cara menghitung rumus segitiga sama kaki atau soal-soal yang membuat kami harus berjam-jam duduk di kursi kayu yang akan mengeluarkan bunyi berdecit jika orang yang duduk di atasnya bergerak sedikit saja.
Kami berlima mengenal pak Tom dengan sangat baik. Beliau juga yang kadang mengajar kami di rumah. Riwayat beliau yang pernah bekerja di Jepang membuat kami saat itu tak pernah sedikitpun meragukan kepandaian pak Tom. Ya meskipun bagi kami dulu pak Tom lebih sering terlihat bodoh jika sedang bercerita di depan kami. Tapi itu tak membuat kami berfikir bahwa pak Tom tak punya kemampuan untuk mengajar kami di rumah. Justru kami berfikir sebaliknya. Bagaimana cara pak Tom menertawakan diri sendiri itu yang masih sulit kami lakukan sampai saat ini. Setinggi apapun gelar dan jabatan kami sekarang, kami masih belum bisa menjadi orang seperti sosok pak Tom yang hanya seorang lulusan SMK. Banyak yang pak Tom ajarkan dan masih kami ingat sampai sekarang. “Senang sekali rasanya jika tindakan bodoh kita bisa bermanfaat bagi orang banyak”, itu yang pernah beliau katakan kepada kami. Menurut pak Tom manusia akan banyak belajar dari hal-hal bodoh yang mereka temukan dari orang lain. Kami selalu merindukan sosok pak Tom. Karena beliau juga kami masih menjaga komunikasi hingga sekarang. Sesibuk apapun kami, setidaknya kami masih mempunyai rasa rindu yang sama, rindu kepada sosok pak Tom, lelaki tua berkaki satu yang selalu kami rindukan banyak ceritanya di akhir pekan. Kini, di sela-sela kesibukan kami sebagai orang dewasa, kami selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul di rumahku setiap akhir pekan,dan menceritakan banyak hal yang kami lalui kepada pak Tom, di pusara beliau.