Jumat, 14 Oktober 2016

Sabun mandi



            Aku akan punya banyak cerita ketika nanti kami sekeluarga bisa kumpul bersama di rumah eyang, bagaimana masa kecil aku dan kakak ketika bermain umbul dari kartu bergambar tokoh-tokoh kartun favorit kami waktu SD. Semua tak serba cepat berubah seperti sekarang, ketulusan orang-orang akan bertahan selama mereka mau dan tanpa alasan apapun, sungguh jika masa-masa itu bisa diandaikan seorang perempuan, aku akan menjadikannya istri, anggap saja seperti itu.
            Semua begitu mudah kami tanggalkan satu-persatu, dari kakak yang sudah sibuk dengan berbagai masalah yang memang tak pernah sengaja dibuat-buat karena memang sudah resiko dia sendiri sengaja tumbuh jadi dewasa, sampai saat ini tak ada waktu lagi untuk diajak berenang di blumbang bekas galian para penambang batu waktu kita masih sibuk dengan ingus masing-masing. Jika sudah begini, aku hanya akan mati-matian membunuh waktu yang memang lambat laun memisahkan kami dari seringnya sebuah pertemuan.
            Cerita keluarga kami tak bakal jauh-jauh dari siapa itu bapak, dengan mukanya yang didesain tegas untuk terus kami segani sampai sekarang. Kumisnya tak pernah runtuh dari wajah yang kadang bisa tampak sangat penyayang jika memang menurut beliau kami butuh bapak yang seperti ini. Apapun yang beliau katakan kami taklid, tak peduli sampai mana beliau sekolah, karena dari beliau kami kenal cara melakukan apa saja sendiri, dari hanya sekedar menuang air minum kami sendiri setelah makan, sampai ketika kami harus mandiri dengan segala macam pekerjaan yang dewasa ini terpaksa mengurangi waktu berkumpul dengan beliau. Kami tahu bapak sengaja dengan resiko yang ia buat sendiri untuk kedua anaknya, tapi dia pasti sudah tahu betul jika kami tak akan sia-sia menjadi dewasa. Ia hanya seseorang yang tegas dengan caranya yang penyayang itu, itu saja hal luar biasa yang terlihat dari seorang bapak.
            Pada akhirnya seberapa luar biasanya bapak pasti ada sosok yang berperan jauh lebih hebat di samping beliau, ya kami sebut beliau ibu, atau yang biasa kami panggil mamak. Selalu bau dapur, tapi cantik kan tidak melulu soal cara berdandan dan harum parfum yang menyalak hidung seperti pada umumnya. Justru beliau terlihat mempesona bagi kami ketika tampil apa adanya di dalam rumah. Bukankah cantik ala Tuhan itu sudah dari sananya ya ? Kalaupun banyak produsen alat kecantikan, itu hanya jadi sesuatu yang sifatnya tambahan, tapi tidak akan jadi cantik ketika ia di tawarkan di tempat yang kurang tepat. Misalkan, mereka menawarkan krim pemutih kulit di daerah mayoritas orang kulit putih. Konsumen mereka pasti tidak berniat merubah warna kulit jadi pusat pasi, begitu pun sebaliknya, produsen kecantikan yang menawarkan krim penggelap kulit. Bayangkan jika ditawarkan di lokasi yang mayoritas berkulit hitam, yang ini mungkin sudah tak perlu dijelaskan kenapa mereka ditolak.
            Kembali lagi ke ibu,saya jadi ingat ketika kecil dulu berdua dengan kakak menghabiskan waktu hampir satu jam jika di kamar mandi berdua, padahal waktu itu kami harus segera berangkat sekolah sebelum jam 7. Memang kalau sudah berdua seperti itu kami suka lupa waktu, apa saja bisa kita buat mainan. Dari sabun yang bagi orang biasa hanya digunakan sebagai pembersih badan kami gunakan sebagai amunisi pencetak gelembung udara sampai gayung yang kami pakai untuk alat pelontar bom air. Sasarannya apalagi kalau bukan muka kami masing-masing. Kami tidak akan melakukan gencatan senjata sebelum ibu masuk dan mengguyur kami berdua dengan pelontar air (dibaca : gayung) kami tadi. Ya, tapi semua akan berulang keesokan harinya, luar biasa bukan ? betapa cerdasnya k`ami berdua merakit berbagai senjata dengan bahan yang ada di kamar mandi, bahkan mungkin pembuat senjata sekelas Mikhail Kalashnikov pun belum tentu bisa seperti kami. Ya, bagi kami waktu itu, tak perlu susah payah bermimpi menjadi apa, nikmati saja seperti yang ada waktu itu, kalau gagal, trus kenapa ? Buat saja mimpi yang lain atau kau bisa mulai semuanya dari awal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar