Aku akan punya banyak cerita ketika
nanti kami sekeluarga bisa kumpul bersama di rumah eyang, bagaimana masa kecil
aku dan kakak ketika bermain umbul dari
kartu bergambar tokoh-tokoh kartun favorit kami waktu SD. Semua tak serba cepat
berubah seperti sekarang, ketulusan orang-orang akan bertahan selama mereka mau
dan tanpa alasan apapun, sungguh jika masa-masa itu bisa diandaikan seorang
perempuan, aku akan menjadikannya istri, anggap saja seperti itu.
Semua begitu mudah kami tanggalkan
satu-persatu, dari kakak yang sudah sibuk dengan berbagai masalah yang memang
tak pernah sengaja dibuat-buat karena memang sudah resiko dia sendiri sengaja
tumbuh jadi dewasa, sampai saat ini tak ada waktu lagi untuk diajak berenang di
blumbang bekas galian para penambang
batu waktu kita masih sibuk dengan ingus masing-masing. Jika sudah begini, aku
hanya akan mati-matian membunuh waktu yang memang lambat laun memisahkan kami
dari seringnya sebuah pertemuan.
Cerita keluarga kami tak bakal
jauh-jauh dari siapa itu bapak, dengan mukanya yang didesain tegas untuk terus
kami segani sampai sekarang. Kumisnya tak pernah runtuh dari wajah yang kadang
bisa tampak sangat penyayang jika memang menurut beliau kami butuh bapak yang
seperti ini. Apapun yang beliau katakan kami taklid, tak peduli sampai mana beliau sekolah, karena dari beliau
kami kenal cara melakukan apa saja sendiri, dari hanya sekedar menuang air
minum kami sendiri setelah makan, sampai ketika kami harus mandiri dengan
segala macam pekerjaan yang dewasa ini terpaksa mengurangi waktu berkumpul
dengan beliau. Kami tahu bapak sengaja dengan resiko yang ia buat sendiri untuk
kedua anaknya, tapi dia pasti sudah tahu betul jika kami tak akan sia-sia
menjadi dewasa. Ia hanya seseorang yang tegas dengan caranya yang penyayang
itu, itu saja hal luar biasa yang terlihat dari seorang bapak.
Pada akhirnya seberapa luar biasanya
bapak pasti ada sosok yang berperan jauh lebih hebat di samping beliau, ya kami
sebut beliau ibu, atau yang biasa kami panggil mamak. Selalu bau dapur, tapi
cantik kan tidak melulu soal cara berdandan dan harum parfum yang menyalak
hidung seperti pada umumnya. Justru beliau terlihat mempesona bagi kami ketika
tampil apa adanya di dalam rumah. Bukankah cantik ala Tuhan itu sudah dari
sananya ya ? Kalaupun banyak produsen alat kecantikan, itu hanya jadi sesuatu
yang sifatnya tambahan, tapi tidak akan jadi cantik ketika ia di tawarkan di
tempat yang kurang tepat. Misalkan, mereka menawarkan krim pemutih kulit di
daerah mayoritas orang kulit putih. Konsumen mereka pasti tidak berniat merubah
warna kulit jadi pusat pasi, begitu pun sebaliknya, produsen kecantikan yang
menawarkan krim penggelap kulit. Bayangkan jika ditawarkan di lokasi yang
mayoritas berkulit hitam, yang ini mungkin sudah tak perlu dijelaskan kenapa
mereka ditolak.
Kembali lagi ke ibu,saya jadi ingat
ketika kecil dulu berdua dengan kakak menghabiskan waktu hampir satu jam jika
di kamar mandi berdua, padahal waktu itu kami harus segera berangkat sekolah
sebelum jam 7. Memang kalau sudah berdua seperti itu kami suka lupa waktu, apa
saja bisa kita buat mainan. Dari sabun yang bagi orang biasa hanya digunakan
sebagai pembersih badan kami gunakan sebagai amunisi pencetak gelembung udara
sampai gayung yang kami pakai untuk alat pelontar bom air. Sasarannya apalagi
kalau bukan muka kami masing-masing. Kami tidak akan melakukan gencatan senjata
sebelum ibu masuk dan mengguyur kami berdua dengan pelontar air (dibaca : gayung)
kami tadi. Ya, tapi semua akan berulang keesokan harinya, luar biasa bukan ?
betapa cerdasnya k`ami berdua merakit berbagai senjata dengan bahan yang ada di
kamar mandi, bahkan mungkin pembuat senjata sekelas Mikhail Kalashnikov pun belum tentu bisa seperti kami. Ya, bagi
kami waktu itu, tak perlu susah payah bermimpi menjadi apa, nikmati saja
seperti yang ada waktu itu, kalau gagal, trus kenapa ? Buat saja mimpi yang
lain atau kau bisa mulai semuanya dari awal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar